1.18.2011

Perkenalkan teman saya si nenek aka Nesia Anindita. Baru-baru ini saya baca blog mengenai dia dan murid2nya di Pulau Rupat. Ya, nenek mengikuti program Indonesia Mengajar dan ditugaskan mengajar di kepulauan Rupat selama 1 tahun.
Nenek sosok orang yang sangat inspiratif dan perlu dicontoh generasi muda saat ini. Mau tahu kenapa? silahkan baca kalimat2 manis dibawah yang ditulis sendiri oleh Bu Nesia..
(tulisan ini diambil dari blog pengajar muda milik nenek )

-------------------------------------------------------------------------------------------------

16.20, Ruang kelas 4 SD 02

Selasa, 30 November 2010

“Bu Nesia, Ibu Lies kirim pesan (baca:sms). Tu orang mau berbuat hajatan, masak rendang. Jadi tidak bisa datang hari ini. Bu Nesia gantikan ya!” seru salah satu guru saat saya memasuki ruang guru.

Heee? Masak rendang?

Dengan kondisi yang tidak fit dan batuk yang tidak mau berhenti ternyata saya akan menggantikan si Ibu yang tidak masuk untuk mengajar jam pelajaran ke 3-4 kelas 6 dan jam 5-6 kelas 2 serta jam 7-8 kelas 5.

Sebenarnya kemarin malam saya menginap di rumah keluarga asuh Pipit di Tengganau. Niatan untuk beristirahat total digagalkan dengan kondisi badan saya yang sukses menjadi indikator terdapat atau tidaknya debu di kamar Pipit. Hasilnya ? Saya sukses batuk-batuk parah, sesak, asma kambuh, dan hidung meler maksimum. Dengan tidur total hanya 3 jam yang terpotong-potong karena terbangun-bangun terus semalaman karena batuk, saya pun mulai memasuki kelas dan mengajar anak-anak kelas 6.

Karena sudah memasuki minggu-minggu menuju minggu ujian semester, maka kebanyakan jam pelajaran diisi dengan mengerjakan soal dari guru, oleh karena itu ketika saya berseru “Hari ini kita main saja yuk!” anak-anak pun bersorak-sorai gembira! Dengan berbekalkan kertas lipat yang saya beli di Bogor saat training IM kemarin, saya kemudian mengumumkan pada kelas 6 kalau hari ini kita akan membuat ‘Pesawat Impian’.

“Anak-anak pernahkah kalian membayangkan 10 tahun lagi kalian akan menjadi apa dan sedang melakukan apa?”

Beberapa anak menggeleng. Beberapa anak menggaruk-garukkan kepalanya. Beberapa anak berteriak menjawab pertanyaan saya.

“Pernah bu!!”

“dimana?”

“Di Balai Puunguttt buuu lagi makan di kedai!” teriak beberapa anak. Hmmm..

“Anak-anak pernahkah kalian bermimpi? Bermimpi dan bercita-cita?” tanya saya pada kelas 6. Diselingi batuk yang tidak berhenti-henti saya mulai berkeliling kelas.

Saya kemudian menceritakan kepada anak-anak tentang apa itu impian. Apa itu cita-cita. Saya kemudian meminta kepada mereka untuk memikirkan seperti apa cita-cita mereka itu. Bermimpi yang besar! Ujar saya pada anak-anak. Bermimpi dan bercita-cita tidak hanya harus bercita-cita untuk menjadi presiden, menjadi dokter, atau menjadi apapun itu yang luar biasa hebat. Bermimpi dan bercita-cita besar justru lahir dari keinginan mereka sendiri. Apa yang paling kalian sukai? Apa yang paling ingin kalian lakukan saat besar nanti?

Bermimpi dan bercita-cita justru akan menjadi besar saat impian kita tersebut memberikan pengaruh besar bagi orang-orang disekitar kita dan diri kita sendiri, bukan? Berguna bagi orang lain, berguna bagi nusa bangsa kita, Indonesia!

Apakah impian kalian anak-anak ?

Pemain kibor bu! Polwan bu! Tentara bu! Pemain badminton! Insinyur! Guru bu! Pelukis ! Guru yang mencerdaskan anak-anak di SD balai pungut bu!

Jangan takut untuk bermimpi. Bermimpi dan bercita-cita yang tinggi! Kita pasti bisa meraihnya jika kita juga berusaha terus dengan maksimal!

Sambil tersenyum lebar saya kemudian membagikan kertas lipat berwarna-warni kepada anak-anak. Dengan antusias anak-anak kemudian saling berebut mengambil kertas dan bersiap menuliskan impian mereka pada kertas tersebut. Dalam beberapa menit anak-anak kelas 6 pun sibuk dengan kertas warnanya masing-masing, kelas hening dan sepi (sesuatu yang sangat jarang terjadi di riwayat kelas 6). Hanya terdengar goresan bolpen diatas kertas dan tangan-tangan kecil yang bergerak-gerak antusias. Tiap anak menuliskan impian dan cita-citanya 10 tahun yang akan datang.

10 tahun lagi saya ingin menjadi polisi melindungi bangsa Indonesia!

10 tahun lagi saya ingin menjadi pemain badminton yang akan membanggakan penduduk Indonesia!

10 tahun lagi saya ingin menjadi insinyur yang membuat pesawat terbang!

10 tahun lagi saya ingin menjadi tentara penerbang tinggi!

10 tahun lagi saya ingin menjadi polwan terbaik! Membanggakan orangtua saya dan banyak orang!

10 tahun lagi saya ingin menjadi dokter yang bertanggung jawab pada pasien saya yang sakit!

10 tahun lagi saya ingin kuliah di Amerika!

Kertas-kertas warna berisikan impian-impian itu kemudian dilipat menjadi pesawat-pesawat kertas dan siap untuk diterbangkan! Tak ketinggalan saya pun ikut menuliskan impian saya 10 tahun yang akan datang.

“Siap anak-anak??”

“SIAPP BU!”

“Pesawat ini, adalah pesawat impian kita! Pesawat ini kita terbangkan bersama-sama, dan pesawat kertas ini adalah janji kita bersama-sama. Mari kita capai impian kita setinggi langit, setinggi pesawat ini terbang! Impian dan cita-cita kita raih bersama-sama, dengan berusaha terus semaksimal mungkin maka kita pasti bisa menggapai cita-cita kita! Ayo mari sama-sama kita terbangkan pesawat impian kita!!” teriak saya penuh semangat.

Dalam hitungan detik 35 buah pesawat kertas berwarna-warni pun melayang tinggi ke depan kelas, anak-anak bersorak sorai gembira dan dengan gembira sambil berteriak-teriak menyebutkan impian mereka masing-masing.

Dengarkanlah impian anak-anak asli Balai Pungut hai dunia! Karena anak-anak muridku ini adalah pesawat-pesawat yang akan terbang melayang menembus langit dan menggapai impian mereka masing-masing!

:)

:)

:)

p.s : apakah impianmu 10 tahun yang akan datang?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------